Bahasa Ibu dan Pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia
TIORI TENTANG BAHASA IBU DAN DAMPAKNYA BAGI PEMEROLEHAN BAHASA
INDONESIA
A.
Konsep Pemerolehan
Bahasa
1.
Pengertian
Pemerolehan bahasa dalam kehidupan
sehari-hari sering disebut sebagai belajar bahasa, yaitu bentuk upaya
mendapatkan keterampilan dalam memahami segala sesuatu dalam suatu bahasa serta
bagaimana penggunaannya dalam kegiatan berinteraksi dengan anggota masyarakat
di lingkungan sekitarnya.
Pengertian lain bahwa belajar bahasa
merupakan suatu bentuk pengamatan terhadap bunyi-bunyi bahasa serta makna yang
terkandung dengan cara peniruan yang dilakukan anak-anak yang belajar bahasa terhadap
orang dewasa yang ada disekitarnya sehingga dapat menggunakan bahasa tersebut
sebagai alat untuk mengungkapkan ide atau keinginan terhadap orang lain.
2.
Bahasa Ibu sebagai Bahasa
Pertama
Tidak dapat kita pungkiri, bahwa
bahasa pertama yang dikuasai anak adalah bahasa ibu. Bahasa ini diperoleh dari
orang dewasa yang ada di dekatnya. Kata-kata, istilah, atau ungkapan yang
dimilikinya diperoleh dari kebiasaan orang yang ada didekatnya, tanpa
mengetahui apa makna setiap kata yang diucapkannya. Anak nampaknya tidak
mempedulikan makna kata-kata yang digunakan, tetapi lebih ke arah apa manfaat
setiap kata-kata yang diucapkannya sehingga dapat berfungsi sebagai alat
berkomunikasi dengan orang lain.
Sebagai orang Jawa Barat yang
mayoritas menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa pergaulan di masyarakat,
membuat bahasa tersebut menjadi bahasa pertama dan utama bagi setiap anak yang
sedang belajar bahasa. Hal ini membuat bahasa Sunda bukan hanya sebagai bahasa seagai
alat komunikasi dan alat pergaulan di dalam keluarga tetapi bahkan lebih dari
itu, yaitu sebagai alat berfikir dan menjadi identitas pribadinya.
Dalam belajar bahasa ibu, anak
memiliki waktu yang sangat banyak, yang dilakukan sejak lahir sampai usia
sekolah. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar dalam belajar bahasa. Pengalaman
pertama dalam berbahasa menjadi bahasa ibu sangat menjiwai seluruh kehidupan
anak, sehingga sangat tertanam kuat dalam dirinya. Hal ini akan sangat
mempengaruhi anak dalam memperoleh bahasa lainnya.
3.
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Asing
Bagi anak yang telah memiliki dan
menguasai serta menggunakan bahasa ibu, Bahasa Indonesia menjadi sebuah bahasa
asing yang perlu dipelajari. Bahasa Indonesia memang telah menggunakan sebagian
kosa kata Bahasa Sunda, tetapi secara umum kosa kata yang digunakan dalam
bahasa Indonesia sangat berbeda dengan bahasa Sunda. Hal inilah yang membuat
anak perlu mempelajari lebih dalam untuk dapat menguasai dan menggunakan bahasa
Indonesia.
Untuk menguasai bahasa asing, dalam
hal ini Bahasa Indonesia, anak perlu memisahkan antara pemahaman bahasa Sunda
dan bahasa Indonesia, agar tidak terjadi bentrokan kepentingan. Dalam
mempelajari Bahasa Sunda, bahasa Indonesia sebagai “panganggu” anak dalam
menguasai bahasa tersebut, begitu pula sebaliknya, bahwa bahasa Sunda akan
menjadi masalah yang besar dalam penguasaan bahasa asing seperti bahasa
Indonesia.
B.
Permasalahan dalam
Pemerolehan Bahasa Indonesia bagi Anak
Salah satu masalah yang sering
menghambat pemerolehan bahasa Indonesia adalah bahasa ibu, dalam hal ini adalah
bahasa Sunda. Karena di samping telah sangat melekat dalam diri anak yang
sedang belajar bahasa, juga karena Bahasa Sunda merupakan bahasa yang banyak
digunakan di seluruh wilayah Jawa Barat. Hal ini memungkinkan bahasa Sunda
mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang telah menjadi
bahasa yang memiliki aturan yang telah disepakati bersama, dalam
perkembangannya banyak terhambat oleh bahasa Sunda. Hambatan-hambatan tersebut
dapat dilihat dari beberapa hal, seperti : (a) penggunaan kosa kata, (b)
penggunaan afiksasi, (c) penggunaan ungkapan, dan (d) penggunaan intonasi.
Selengkapnya dapat diuraikan penjelasan dan contoh-contoh kasus sebagai
berikut.
- Pengunaan Kosa Kata
Salah satu permasalahan yang sering
dihadapi guru di sekolah adalah banyaknya kosa kata yang tercampur dengan
bahasa Sunda. Anak dengan segala pemahamannya merasa sah-sah saja mencampurkan
antara kosa kata bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Kemungkinan hal ini
disebabkan oleh dua hal. Pertama karena merasa tidak ada perbedaan
antara aturan Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia, sehingga anak-anak merasa
tidak ada masalah dengan pencampuran kosa kata kedua bahasa yang penting lawan
bicara mengerti maksud ide yang dikemukakan. Kedua disebabkan karena
kebiasaan anak menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari.
Kosa kata bahasa Sunda yang sering
digunakan dalam Bahasa Indonesia dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu :
(a) istilah khas bahasa Sunda, (b) kosa kata umum, (c) kosa kata yang mirip
dengan Bahasa Indonesia. Selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut.
a.
Istilah Khas Bahasa Sunda.
Contoh :
Kamu teh sudah tahu kalau besok ulangannya tidak jadi ?
Jangan begitu, atuh kan
tidak baik !
Sok
atuh, kalau kamu mau mah !
Aeh-aeh, kamu teh bagaimana ?
Kalimat di atas seharusnya :
Apakah kamu
sudah tahu bahwa ulangannya tidak jadi dilaksanakan
besok ?
Jangan begitu dong, hal itu tidak
baik !
Silakan, kalau kamu mau !
Kamu ini
bagimana ?
b.
Kosa Kata Umum Bahasa Sunda
Contoh :
Guludug
itu mengagetkan saya.
Jangan lumpat,
jalan saja !
Masukkan
nasi itu ke dalam boboko
Kalimat di atas seharusnya :
Guntur itu mengagetkan saya.
Jangan lari,
jalan saja !
Masukkan
nasi itu ke dalam bakul.
c.
Kosa Kata yang Mirip dengan
Bahasa Indonesia
Contoh :
Ayo
kita maen bola
Pakai
dulu sapatunya
Sepedahnya
rusak
Kalimat di
atas seharusnya :
Ayo kita bermain bola.
Pakai
dulu sepatunya
Sepedanya
rusak.
- Penggunaan Afiks
Penggunan afiks bahasa Sunda pada
penggunaan bahasa Indonesia menjadi masalah yang sangat sulit dihindari.
Kebiasaan penggunaan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari membuat segala
unsur kebahasaan terpatri dalam kehidupannya. Hal inilah yang membuat afiksasi
bahasa Indonesia tercampur dengan Bahasa Sunda.
Kesalahan penggunaan afiks yang
menggunakan afiks bahasa Sunda pada umumnya terdapat pada pengunaan prefiks dan
sufiks. Sedangkan pada infiks (sisipan) hampir tidak ditemukan. Secara umum
keslahan tersebut dikelompokkan berdasarkan afiks, yaitu sebagai berikut.
a.
Kesalahan Penggunaan Prefiks (
awalan )
Contoh : Dian sedang nulis di
papan tulis
Pak guru
sedang ngebahas soal Bahasa Indonesia
Sabenarnya,
masalahnya tidak sulit
Bapak pergi ka Jakarta,
Lili nyapu halaman sekolah.
Macanya dimuai dari
halaman tujuh. dll.
Seharusnya kalimat tersebut adalah
Dian sedang menulis di papan tulis
Pak guru sedang membahas soal Bahasa Indonesia
Sebenarnya, masalahnya
tidak sulit
Bapak pergi ke Jakarta
Lili menyapu halaman sekolah.
Membacanya dimuai dari
halaman tujuh. dll.
b.
Kesalahan Penggunaan Sufiks
Contoh : Ternyata di rumah itu ada orangan
Sapukan saja sampah itu
Tunggu saya sedang sisiran
dulu
Makana kalau takut jangan
pergi sendiri
Seharusnya kalimatnya adalah :
Ternyata di rumah itu ada orang
Disapu saja sampah itu., atau
: Sapu sampah itu
Tunggu saya sedang menyisir rambut
dulu
Makanya kalau takut jangan
pergi sendiri
- Penggunaan Ungkapan
Seperti kata peribahasa, bahwa bahasa
mengambarkan kepribadian seseorang. Begitu pula bahasa Sunda yang menjadi salah
satu identitas orang Sunda membuat ungkapan-ungkapan bahasa sunda melekat dalam
diri orang sunda. Ungkapan-ungkapan tersebut akan terbawa ke dalam bahasa kedua
yang dipelajarinya. Berikut ini disajikan beberapa contoh.
a.
Ringan tangan itu tidak baik ---- hampang leungeun teh goreng
Kata ringan tangan dalam bahasa Indonesia artinya
suka bekerja atau mudah melakukan sesuatu, tetapi dalam bahasa sunda, bahwa hampang
leungeun artinya mudak menggunakan tangannya untuk memukul orang lain. Jadi
kesalahannya sebenarnya pada pengunaan pada kalimat. Pengunaan yang benar
adalah : Pramuka itu mempunyai sifat ringan tangan.
b.
Pada saat sholat jangan tengak-tengok
Kata tengak-tengok, dalam bahasa Sunda adalah luak-leuk,
yang artinya selalu menengok ke kanan dan ke kiri. Kalimat itu seharusnya :
Pada waktu sholat jangan banyak tengok kanan atau kiri.
- Penggunaan Aksen dan Intonasi
Orang sunda akan sangat mudah
dikenali dalam kata-kata yang diucapkannya. Aksen tipis dan ringan menjadi khas
bahasa Sunda. Hal ini akan sangat menganggu penggunaan bahasa Indonesia, sehingga terkadang kita
mengharapkan penekanan yang kuat diucapkan dengan aksen yang ringan sehingga
membuat maknanya semakin berkurang.
Secara keseluruhan, penggunaan aksen
bahasa Sunda dalam bahasa Indonesia memang tidak berakibat fatal dan tidk
mengubah makna,. Hanya saja terkadang kita merasa asing di telinga.
C.
Pemecahan Masalah
Masalah penggunaan bahasa Sunda dalam
Bahasa Indonesia oleh siswa Sekolah Dasar, memerlukan penangan yang serius dan
kesinambungan. Kekeliruan yang dibiarkan akan membentuk sebuah kesalahan dan
akan merusak memahaman bahasa untuk selanjutnya, apalagi sekolah dasar
merupakan saatnya penanaman konsep yang akan dikembangkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Upaya pembenahan ini memang bukan
pekerjaan mudah. Perlu melibatkan banyak pihak seperti : guru kelas, orang tua,
dan tentu saja lingkungan social di sekitarnya. Selengkapnya dapat dipaparkan
sebagai berikut.
- Perlu latihan yang terus menerus
Kesalahan sebenarnya bukan suatu hal
yang tidak boleh dilakukan, karena pada dasarnya keberhasilan sering kali
disebabkan karena kegagalan yang dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, studi
kasus dari kesalahan yang dilakukan akan membantu anak menyadari kesalahan
yangdilakukan dan tentu saja timbul kesadaran dan kemauan kuat untuk merubah
kebiasaan buruk yang dilakukan sebelumnya.
Upaya untuk memperbaiki kesalahan
yang dilakukan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Tugaskan kepada siswa untuk membuat sebuah paragraf
b.
Koreksilah kesalahan yang
dilakukan siswa dengan cara melingkari atau menggarisbawahi kesalahan tersebut.
c.
Tugaskan kepada anak untuk mengoreksi
sendiri kesalahan yang dilakukannya
d.
Periksalah hasil revisi yang
dilakukan siswa.
e.
Berikan penjelasan atas
kesalahan yang dilakukan
f.
Ulangi latihan tersebut pada
saat-saat tertentu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
- Perlu pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia di kelas
Kata peribahasa, bahwa alah bisa
karena biasa sangat sesuai dengan upaya pembelajaran bahasa bagi anak.
Kesalahan yang dilakukan siswa pada umumnya karena ketidaktahuan atau tidak
terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Ketidak
tahuan membuat anak mencampuradukkan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia
semaunya. Begitu pula dengan ketidakbiasaan anak menggunakan bahasa Indonesia
dalam percakapan sehari-hari akan menyulitkan anak menggunakan kosa kata dalam
bahasa Indonesia.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan di antaranya
a.
Biasakan mengajukan pertanyaan
dalam bahasa Indonesia
b.
Biasakan bertanya kepada anak
dan menjawab pertanyaan dalam bahasa Indonesia
c.
Perbanyak latihan
bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia
d.
Terapkan hukuman bagi yang
tidak menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
- Perlunya pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia di rumah
Meskipun sering kali berbenturan
kepentingan dengan lain seperti guru bahasa Sunda, cara ini mungkin dapat
membantu anak terbiasa bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Cara ini memang sangat
rentan, karena bila penggunaan bahasa Indonesia dilakukan secara
setengah-setengah akan merusak kedua bahasa. Kosa kata atau istilah kebahasaan
kedua bahasa akan tercampur dan membuat anak bingung memilah dan memilih kosa
kata mana yang digunakan dalam bahasa Sunda dan kosa kata mana yang digunakan
dalam bahasa Indonesia.
- Perlu penanaman bahasa Indonesia pada kelas sebelumnya.
Penanaman pembelajaran bahasa di
kelas rendah, menjadi keharusan yang mutlak. Kesalahan ini sebenarnya dilakukan
pada kesempatan sebelumnya. Kebiasaan buruk ketika di kelas rendah akan terbawa
ke kelas yang lebih tinggi. Apabila pada kelas rendah tidak ada perbaikan, maka
kesalahan tersebut akan diulangi dan mengkristal pada diri anak. Hal ini akan
menjadi masalah tersebdiri bagi guru bahasa Indonesia.
Sejak masuk kelas satu, anak sudah
mulai diberikan pemahaman tentang bahasa. Latihan menyimak, membaca, menulis
dan membaca dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Urutan-urutan
latuhan harus bertahap dan berjenjang. Pemahaman makna kata, penulisan, dan
pengucapan dilatih sejak kelas bawah. Hal ini membuat anak mengenal lebih rinci
dan runtut, sehingga secara tidak disadari anak akan dapat menggunakan bahasa
Indonesia secara benar sesuai kaidah yang berlaku.
Sukabumi, 3 Mei 2018
Komentar
Posting Komentar